MAKALAH
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KONSEP
DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF, DAN MENYENANGKAN
Dosen Pembimbing :
Zufatah,S.pd,MM
“Kelompok 7”
Muhammad Andrie
Raihan
Fahrunnisa
Syarif Hidayatullah
Sri Astuti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Achmad Yani Banjarmasin
2012
Kata
Pengantar
Puji syukur
Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia dan hidayah-Nya sehingga makalah yang kami
buat ini dapat di selesaikan dengan baik. Yakni mengenai materi yang telah kami
dapatkan dalam tugas kelompok kami adalah
“Kosep Dasar IPS”.
Kemudian
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen “Konsep Dasar IPS” Zulafatah,S.Pd,MM yang telah banyak
memberikan berbagai macam bimbingan Sehingga kami telah menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman sekalian yang sudah memberikan masukan dan semangat sehingga
makalah ini telah selesai.
Tujuan utama
penyusunan makalah ini adalah untuk membantu kita dalam mempelajari pokok
pembahasan secara efisien dan efektif. Dengan demikian, Diharapkan agar kita
memahami semua materi dengan baik dalam waktu relatif singkat. Meskipun masih
banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, namun kami berharap, makalah ini
dapat mempermudah proses pembelajaran kita dan mengingatkan kita kembali kepada
pengetahuan yang telah didapat selama proses pembelajaran.
Banjarmasin, 24 September
2012
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengatar ................................................................................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................................................................................... ii
Bab I
Pendahuluan
a.
Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1
b.
Batasan Masalah .................................................................................................................................. 1
c.
Tujuan Masalah .................................................................................................................................... 1
Bab II Isi
a.
Hakikat dan Perencanaan Model Pembelajaran
Konsep Dasar Ips .................... 2
b.
Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar Ips ................................................................ 3
c.
Implementasi Model-Model Pembelajaran Konsep
Dasar Ips ............................... 5
d.
Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan
................................................ 6
Bab III
Penutup
d.
Kesimpulan ............................................................................................................................................. 9
e.
Daftar
Pustaka ...................................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya pemahaman anda akan membahas Model-Model
Pembelajaran Konsep Dasar IPS yang Kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan yaitu
meliputi Hakikat dan perencanaan model pembelajaran konsep dasar Ips, Model-model pembelajaran konsep dasar Ips,
Implementasi model-model pembelajaran konsep dasar Ips, dan Model desain pembelajaran pengambilan
keputusan.
B.
BATASAN
MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, masalah dibatasi pada ruang lingkup
pembahasan tentang Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
yang Kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan yaitu meliputi Hakikat dan perencanaan
model pembelajaran konsep dasar Ips,
Model-model pembelajaran konsep dasar Ips, Implementasi model-model
pembelajaran konsep dasar Ips, dan Model
desain pembelajaran pengambilan keputusan.
C.
TUJUAN
MASALAH
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memenuhi tugas kelompok
2. Menambah
wawasan, baik bagi penulis maupun bagi pembaca maupun pendengar.
1
BAB II
A.
HAKIKAT DAN PERANAN MODEL
PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS
Secara umum, istilah “inquiry” berkaitan dengan
masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah. Rogers (1969), misalnya
menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan
mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Welton dan Mallan (1988) membandingkan istilah
“inquiry” dengan metode pemecahan masalah (problem solving) dan bahkan dengan
hafalan/memori sebagai suatu perilaku dan proses.
Bayer (1971) menyatakan bahwa “inqury is one way
of knowing” suatu cara untuk mengetahui.
Sejak zaman john Dewey (1859-1952) pemikiran
untuk meningkatkan kualitas pengajaran telah menjadi obsesi. Inkuiri merupakan
salah satu pendekatan yang saat ini digunakan oleh para pengembang kurikulum
khususnya di sekolah-sekolah Australia dan Amerika Serikat sebagai suatu
pendekatan dalam proses belajar mengajara di persekolahan.
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri adalah
salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa daam belajar di kelas
karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instuction)
dari pada kepada guru (Teacher-centred instuction).
Salah satu komponen kurikulum yang lebih banyak
mendapat perhatian dan pengujian adalah metode pembelajaran. Hering (1971)
Metode sebagai suatu pendekatan umum belajar yang berdasarkan hakikat dan
tujuan pendidikan pada sejumlah teori dan kepercayaan. Wesley (1950) Bahwa guru
yang baik haruslah memiliki metode yang baik, dan guru yang terbaik ditentukan
oleh metode yang dikuasainya.
Banks (1990) mengemukakan pendekatan mengajar
dalam IPS dengan menggunakan inkuiri sosial menghasilkan fakta, konsep,
generalisasi, dan teori. Namun, tujuan utama inkuiri sosial menurutnya adalah
untuk membangun teori. Tujuan utama ingkuiri sosial adalah memberikan
kontribusi untuk para pengambil kebijakan dalam menghasilkan
keputusan-keputusannya.
2
Lankah-langkah model pembelajaran ingkuiri untuk
kelas IPS yang dikemukakan Banks adalah sebagai berikut :
·
Pertama, Perumusan masalah (Problem Formulation).
·
Kedua, Perumusan Hipotesa (Formulation of Hypotheses).
·
Ketiga, Definisi Istilah: Konseptualisasi.
·
Keempat, Pengumpulan data (Collection of Data).
·
Kelima, Pengujian dan Analisi Data (Evaluation and
Analysis of Data).
·
Keenam, Menguji Hipotesis untuk Memperoleh Generalisasi
dan Teori.
·
Ketujuh, Memulai Ingkuiri Lagi.
B.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KONSEP
DASAR IPS
Ada dua fokus model desain pembelajaran untuk keterampilan berpikir ialah
keterampilan berpikir kritis (critical thinking) dan keterampilan berpikir
kreatif (Creative thinking skill).
Jonhson (1992) merumuskan istilah “Berpikir Kritis” (critical thinking)
secara etimologi. Kata Critic dan Critical berasal dari “Krinein” yang berarti
“Menaksir nilai sesuatu”. Tugas orang berpikir kritis adalah menerapkan norma dan
standar yang tepat terhadap suatu hasil dan mempertimbangkan nilainya dan
mengartikulasikan pertimbangan tersebut.
Jonhson (1992) merangkum beberapa definisi critical thinking dari
beberapa ahli, seperti Ennis (1987,1989), Lipman (1988), Siegel (1988), Paul
(1989), dan McPeck (1981), yang disebut juga “the Group of Five”. Menyimpulkan
ada tiga subsatansi dari kemampuan berpikir kritik.
·
Pertama,
berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif.
·
Kedua,
berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan.
·
Ketiga,
berpikir kritis mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan
menekankan secara berbeda-beda.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir
nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan
nilai tersebut. Selain itu, berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan
berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Berpikir kritis mendorong muncunya
pemikiran-pemkiran baru. Terkadang, pembelajaran berpikir kritis erat kaitannya
dengan berpikir kreatif.
3
Apabila keterampilan berpikir kritis dilakukan maka sebagian dari
pembelajaran berpikir kreatif telah dijalani karena tahap pertama untuk
melakukan keterampilan berpikir kritis harus melalui keterampilan berpikir
kreatif.
Brandt (1989) menyatakan bahwa pada saat ini belum banyak muncul
kesadaran yang tinggi di kalangan pendidik di persekolahan untuk mengajar para
siswa tentang kondisi dunia yang semakin berkembang pesat yang menuntut adanya
respons dengan pemikiran secara kritis. Wilen (1995) memperkenalkan suatu
pendekatan metacognitif dalam pengajaran berpikir kritis untuk studi sosial.
Pendeketan metacognitif merupakan suatu cara alternatif untuk mengajar
keterampilan berpikir kritis.Yaitu melalui penjelasan guru, membuat percontohan
atau model oleh guru dan oleh para siswa.
Bayer (1985) mengaskan bahwa ada seperangkat keterampilan berpikir kritis
yang dapat digunakan dalam studi sosial atau untuk pembelajaran disiplin
ilmu-ilmu sosial. Keterampilan tersebut adalah :
1. Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu
pendapat.
2. Menentukan reliabilitas.
3. Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan.
4. Membedakan informasi yang relavan dari yang tidak
relavan.
5. Mendeteksi penyimpangan.
6. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan.
7. Mengidentifikasi tuntutan dan argumen yang tidak
jelas atau samar-samar.
8. Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak
konsisten.
9. Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat
dipertanggungjawabkan.
10. Menentukan kekuatan argumen.
Menurut Bayer, strategi induktif merupakan cara untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa dalam mengartikulasi atribut-atribut berpikir kritis yang
telah diajarkan. Penerapan strategi ini mencakup lima langkah yang dapat
ditempuh oleh guru :
1. Memperkenalkan keterampilan dan kemudian siswa,
2. Mencoba keterampilan sebaik mungkin,
3. Menggambarkan serta mengartikulasikan apa yang
terjadi dalam pikiran ketika menerapkan keterampilan tersebut,
4. Menerapkan pengetahuan tentang keterampilan baru
untuk menerapkan lagi dan akhirnya,
5. Meninjau lagi apa yang terpikir ketika
keterampilan itu diterapkan.
4
Bayer mengajukan sejumlah rekomendasi bahwa untuk menggunakan strategi
ini, guru melakukan langkah-langkah berikut :
1. Memperkenalkan keterampilan berpikir kritis.
2. Menjelaskan prosedur dan aturan keterampilan.
3. Menunjukkan bagaimana keterampilan itu digunakan
dan kemudian siswa.
4. Menerapkan keterampilan tersebut mengikuti
langkah dan aturan yang jelas.
5. Menggambarkan tentang apa yang terjadi dalam
pikiran siswa ketika keterampilan itu diterapkan.
C.
IMPLEMENTASI
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS
Pembelajaran problem solving merupakan alternatif model yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar IPS. Pembelajaran ini secara khusus
memfokuskan pada pelatihan kemampuan dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun masalah sosial sangat
diperlukan karena pada hakikatnya siswa hidup di tengah lingkungan masyarakat
yang penuh dengan benih-benih munculnya masalah. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan-untuk mendewasakan siswa-maka salah satu indikator dewasa adalah
kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat.
1.
Model Pembelajaran “Problem Solving”
Savage and Armstrong (1996) mengemukakan bahwa
sejumlah masalah ada solusi terbaiknya secara benar dan tepat. Ada empat tahap
pemecahan masalah menurut Savage and Armstrong sebagai berikut :
a. Mengenal adanya masalah.
b. Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya.
c. Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut.
d. Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
5
Sedangkan Wilkins (1990) ada enam langkah model
pembelajaran “problem solving” yaitu :
·
Pertama, Mengklarifikasi dan
mengidentifikasi masalah.
·
Kedua, Mencari alternatif solusi.
·
Ketiga, Menguji alternatif
solusi.
·
Keempat, Memilih solusi.
·
Kelima, Bertindak sesuai dengan
pilihan solusi.
·
Keenam, Tindak lanjut
(Follow-Up).
2.
Model “Problem Solving”, Inkuiri atau Model Pembelajaran Penemuan.
Persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebut
adalah semuanya mesyarakatkan adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar melalui proses penelitian, yakni meneliti hubungan antarsejumlah data
atau informasi untuk tercapainya suatu solusi.
Sesuai dengan sifat ilmu-ilmu sosial yang objek
pembahasannya adalah manusia yang memiliki sejumlah misteri maka prosedur untuk
mengungkap rahasia yang berkaitan dengan makhluk ini pun sangat kompleks. Oleh
karena itu, model pembelajaran “Problem Solving” dalam IPS ini sangatlah
penting sehingga perlu sosialisasikan kepada semua siswa yang akan menhadapi
masa depan yang penuh tantangan dan masalah sosial yang semakin kompleks.
D.
MODEL
DESAIN PEMBELAJARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan
Makna konsep “Pengambilan Keputusan”
(decision-making) berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang alternatif
pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan
tentang nilai pribadi dan masyarakat.
Ada perbedaan antara model pembelajaran ingkuiri
dan model pembelajaran pemngambilan keputusan. Banks (1990) menyatakan bahwa
tujuan dasar dari inkuiri sosial adalah sosial adalah untuk menghasilkan
pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori. Tujuannya untuk
mengakumulasikan pengetahuan sebanyak mungkin.
6
Banks mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam
pengambailan keputusan tidaklah muncul dengan sendirinya. Pengambilan keputusan
adalah suatu keterampilan yang harus dibina dan dilatihkan.
Savage and Armstrong (1996) mengemukakan
langkah-langkah proses pembelajaran pengambilan keputusan sebagai alternatif
model pembelajaran dalam IPS sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah.
2. Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif.
3. Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif.
4. Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif.
5. Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif.
6. Membuat pilihan dari berbagai alternatif.
7. Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan.
Banks (1990) mengemukakan pula
urutan langkah atau prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan
keputusan dengan komponen esensial sebagai syaratnya. Ada dua syarat yaitu :
a. Pengetahuan sosial
b. Metode atau cara mencapai pengetahuan.
Proses pengambilan keputusan
tidak dapat dilakukan manakala pengetahuan orang tentang masalah terkait tidak
ada (vacuum). Pengetahuan sosial merupakan komponen yang sangat penting bagi
tercapainya pengambilan keputusan yang logis. Kerlinger menyimpulkan bahwa ada
empat metode untuk memperoleh pengetahuan ialah :
a. Berpegang pada apa yang telah diketahui kebenarannya (method of tenacity).
b. Mencari informasi untuk mempercayai (method of authority).
c. Mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya (a priori method).
d. Metode ilmiah (method of science).
7
Menurut Banks, ada beberapa
syarat metode dalam memperoleh pengetahuan, antara lain apabila orang
menggunakan metode tersebut secara berulang-ulang maka hasil yang diperoleh
adalah sama. Melalui metode ini orang dapat memperoleh pengetahuan yang
meliputi : fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Langkah-langkah yang
dianjurkan dalam melakukan proses pengambilan keputusan secara sekuinsial,
sebagai berikut :
·
Mengenal masalah yang perlu
diambil keputusan.
·
Perolehan pengetahuan melalui
inkuiri ilmu sosial.
·
Mengorganisir masalah dan
pengetahuan untuk bahan pembelajaran.
·
Inkuiri nilai.
·
Pengambilan keputusan dan
tindakan untuk warga negara.
·
Menentukan urutan tindakan.
·
Memberi kesempatan kepada warga
negara untuk bertindak dan berpartisipasi (di lingkungan masyarakat dan
sekolah).
8
BAB III
Penutup
Kesimpulan
·
Secara
umum, istilah “inquiry” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab
suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu
proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
·
Ada dua
fokus model desain pembelajaran untuk keterampilan berpikir ialah keterampilan
berpikir kritis (critical thinking) dan keterampilan berpikir kreatif (Creative
thinking skill).
·
Pembelajaran problem solving
merupakan alternatif model yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
IPS. Pembelajaran ini secara khusus memfokuskan pada pelatihan kemampuan dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik masalah
pribadi maupun masalah sosial sangat diperlukan karena pada hakikatnya siswa
hidup di tengah lingkungan masyarakat yang penuh dengan benih-benih munculnya
masalah.
·
Makna konsep “Pengambilan
Keputusan” (decision-making) berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang alternatif
pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan
tentang nilai pribadi dan masyarakat.
·
Ada perbedaan antara model
pembelajaran ingkuiri dan model pembelajaran pemngambilan keputusan. Banks
(1990) menyatakan bahwa tujuan dasar dari inkuiri sosial adalah sosial adalah
untuk menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori.
Tujuannya untuk mengakumulasikan pengetahuan sebanyak mungkin.
9
Dafatar Pustaka
Berliner, David C and Calfee, Robert. Handbook of Educational Psychology. A
Project of Division 15, The Division of Educational Psycology of the American Psychological
Association.
Beaty, Janice, J (1994). Observing Development of Young Child. Columbus, Ohia: Merril Inc.
Collins, Gillian, Hazen Dixon. (1991). Intergrated Learning. Planned Curriculum Unit, Australia: Book
Shelf Publishing.
Fogarty, robin. (1991). How to Intergrate the Curricula. America: Skylight Publishing, Inc.
McCracken Carpenter. (1971). Skill Development in School Studies. Washington D.C.: National
Council for the Social Studies.
Pappas, Cristine C., Barbara Z Keifer, Linda S Levstik.
(1990). Intergrated Language Perspective,
in The Elementary School. USA: Longman Publishers.
Woolfolk, Anita E. (1998). Educational Psychology. Allyn and Bacon.
Seifert & Hoffnung. (1991). Child and Adolescent Development. Buton: Houghton Mifflin Company.
NCSS, (1971).
Charting Acourse: Social Studies. Washington: Expentation of Excelinence.
NCSS, (1994). Curiculum
Standars for Social Studies. Washington.
Somantri (2001). Masalah
Pendidikan Ilmu Sosial (PIPS). PIPS Pasca Sarjana IKIP sebagai Syntactic
Disscipline. Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung.
Silvert & Haffiny (1991). Reasons For Democracy in Society.
Joni T. Raba (1996). Cara
Belajar Siswa aktif Implementasinya terhadap Pengajaran. Jakarta.
10
Casino Slot Machines - Mapyro
BalasHapusFind all 창원 출장안마 the info you 이천 출장안마 need about the slot machines, 경상남도 출장안마 casino slots, table games, roulette machines, 당진 출장안마 slots 진주 출장안마 games, roulette tables, slot games, jackpot slots